.
Tindakan _ tindakan kala III
1. Kompresi bimanual interna
Kompresi Bimanual Interna adalah tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina
dan sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan
diletakan pada perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak
tangan dan dengan ibu jari di depan serta jari-jari lain di belakang uterus.
Sekarang korpus uteri terpegang antara 2 tangan antara lain, yaitu tangan kanan
melaksanakan massage pada uterus dan sekalian menekannya terhadap tangan kiri.
Langkah
– langkah :
·
Pakai sarung tangan DTT atau steril
dengan lembut masukkan secara obstetric ( menyatukan kelima ujung jari )
melalui introitus dan ke dalam vagina kemudian periksa vagina dan serviks. Jika
ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini
menyebabkan uterus tak dapat berkontraksi secara penuh
·
Setelah seluruh tangan telah masuk,
kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding uterus
kea rah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus kea rah
depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang
·
Tekan kuat uterus diantara kedua
tangan, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah
yang tebuka ( bekas implantasi placenta ) di dinding uterus dan juga merangsang
myometrium untuk berkontraksi
·
Kepalkan tangan dalam dan tempatkan
pada forniks anterior tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang
menahan dan mendorong dinding posterior uterus kearah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan dan belakang
2. Kompresi bimanual eksterna
Kompresi bimanual eksterna merupakan tindakan yang efektif untuk mengendalikan
perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan
sampai uterus dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat dihentikan. Ini
dapat di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan kemudian
mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah perdarahan. Penolong dapat
menganjurkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna sambil
penolong melakukan tahapan selanjutnya untuk penatalaksanaan atonia uteri.
Langkah – langkah:
·
Letakan satu tangan pada dinding
abdomen dan dinding depan corpus uteri dan diatas simpisis pubis
·
Letakan tangan lain pada dinding
abdomen dan dinding belakang corpus uteri sejajar dinding depan corpus uteri.
Usahakan untuk mencakup atau memegang bagian uterus seluas mungkin
·
Lakukan kompresi uterus dengan cara
saling mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah dalam anyaman
myometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit pembuluh darah
uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi
3. Kompresi aorta
Langkah
– langkah :
·
Baringkan ibu diatas ranjang,
penolong menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien
berada pada ketinggian yang sama dengan pinggul penolong.
·
Tungkai diletakkan pada dasar yang
rata (tidak memakai penopang kaki) dengan sedikit fleksi pada artikulasio
koksae.
·
Raba pulsasi arteri femoralis dengan
jalan meletakkan ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat paha
yaitu pada perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal yang melalui
titik 1 cm diatas dan sejajar dengan tepi atas simfisis ossium pubis. Pastikan
pulsasi arteri teraba dengan baik.
·
Setelah pulsasi dikenali, jangan
pindahkan kedua ujung jari dari titik pulsasi tersebut.
·
Kepalkan tangan kiri dan tekankan
bagian punggung jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking pada umbilikus ke
arah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.
·
Dorongan kepalan tangan kanan akan
mengenai bagian yang keras di bagian tengah/ sumbu badan ibu dan apabila
tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri
femoralis (yang dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan)
akan berkurang/ terhenti (tergantung dari derajat tekanan pada aorta).
·
Perhatikan perubahan perdarahan
pervaginam ( kaitkan dengan perubahan pulsasi arteri femoralis )
Perhatikan
:
a) Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak berkontraksi
dengan baik, usahakan pemberian preparat prostatglandin. Bila bahan tersebut
tidak tersedia atau uterus tetap tidak dapat berkontraksi setelah pemberian
prostatglandin, pertahankan posisi demikian hingga pasien dapat mencapai
fasilitas rujukan.
b) Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung
maka lakukan kompresi eksternal dan pertahankan posisi demikian hingga pasien
mencapai fasilitas rujukan.
c) Bila kompresi sulit untuk dilakuakan secara terus menerus
maka lakukan pemasangan tampon padat uterovaginal, pasang gurita ibu dengan
kencang dan lakukan rujukan.
d) Kompresi
baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik.
Teruskan pemberian uterotonika
·
Bila perdarahan berkurang atau
berhenti, pertahankan posisi tersebut dan lakukan pemijatan uterus (oleh
asisten) hingga uterus berkontraksi dengan baik.
4. Manual placenta
Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya dari
cavum uteri.
Langkah – langkah
·
Persiapan: pasang set dan cairan
infuse. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan, lanjutkan anastesia
verbal atau analgesia per rektal, siapkan dan jelaskan prosedur pencegahan
infeksi
·
Tindakan penetrasi ke dalam kavum
uteri: pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong, jepit tali pusat dengan
klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai
·
Secara obstetrik masukkan tangan
lainnya ( punggung tangan menghadap ke bawah ) kedalam vagina dengan menelusuri
sisi bawah tali pusat, setelah mencapai bukaan serviks, kemudian minta seorang
asisten / penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan
tangan luar untuk menahan fundus
·
Sambil menahan fundus uteri,
masukkan tangan kedalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat
implantasi plasenta. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti memberi
dalam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain merapat),
tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila plasenta
berimplentasi di korpus belakang, tali pusat tetap disebalah atas dan sisipkan
ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung
tangan menghadap ke bawah (posterior ibu).
·
Bila di korpus depan maka pindahkan
tangan kesebalah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior
ibu), setelah ujung-ujung jari masuk diantara palsenta dan dinding uterus maka
perluasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke tangan kiri sambul geserkan
ke atas (cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus
·
Sementara satu tangan masih didalam
kavum uteri lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal
·
Pindahkan tangan luar dari fundus ke
supra simpisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian intruksikan asisten/penolong
untuk menarik tali pusat sambil tangan membawa plasenta keluar (hindari adanya
percikan darah)
·
Lakukan penekanan (dengan tangan
yang menahan supra simpisis) uterus ke arah dorso kranial setelah plasenta
dilahirkan dan tempatkan plasenta dalam wadah yang telah disediakan.
·
Lakukan tindakan pencegahan infeksi
dengan cara dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan, lepaskan dan rendam sarng tangan dan peralatan lainnya didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir, keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
·
Lakukan pemantauan pasca tindakan,
pastikan tanda vital ibu, catat kondisi ibu, dan buat laporan tindakan,
tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan
lanjutan, beritahukan pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tapi
ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan, lanjutan pemantauan ibu
hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah ke ruang rawat gabung
Catatan :
a) Bila
tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sama tinggi
dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasenta manual karena hal itu
menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium).
·
Bila hanya sebagian dari implantasi
plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula
plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini
sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (miso[rostol 600 mcg per rektal)
sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar